Oleh : Anton Suhartono - Okezone
Kadang-kadang pengendara bingung, kok mobil
maticnya tidak nyala saat di-starter. Ternyata tongkat perseneling tidak
berada di posisi 'P' atau 'N'. Kelihatan sederhana namun akibatnya bisa
fatal.
Kecelakaan mobil yang akhir-akhir ini terjadi di gedung bertingkat, seluruhnya merupakan mobil jenis transmisi otomatis. faktor ketidakbiasaan dan kurangnya pemahaman tentang karakter mobil matic menjadi alasan utama kecelakaan tersebut.
Faktor kelalaian pengemudi menjadi alasan yang lebih kuat dibalik serangkaian kecelakaan tersebut. Teknologi keamanan yang diaplikasikan kendaraan matic sebenarnya sudah terbilang cukup melindungi pemiliknya dari mulai menyalakan kendaraan hingga akan diparkir.
Memang faktor lain seperti keamanan gedung juga menjadi penyebab. Namun semua ini dapat diatasi, apabila pengemudi lebih memahami karakteristik mobil matic dan lebih berhati-hati saat memarkir kendaraannya.
Mobil matic, sebenarnya bukan barang baru di Indonesia. Sejak tahun 80-an, mobil matic sudah masuk Indonesia. Seiring perkembangan pasar, pengendaraan dengan transmisi otomatis, tidak hanya dominasi mobil-mobil mewah. Mobil kelas menengah (medium) dan low pun sudah banyak yang menggunakan matic.
Pengendaraan yang lebih sederhana dan tidak membuat pengemudinya lelah, menjadi alasan saat ini orang lebih memilih matic ketimbang manual. Apalagi di lingkungan kota besar yang lalu lintasnya kerap macet.
Menurut pengamat automotif nasional, Soehari Sargo, kecelakaan yang belakangan ini terjadi pada mobil matic lebih dikarenakan kurangnya faktor pemahaman dan kebiasaan seseorang menggunakan matic.
"Pengemudi cenderung menganggap remeh mobil matic, mungkin karena cara mengendarainya sangat sederhana. Padahal ada berbagai hal yang perlu diketahui dan dibiasakan pengemudi apabila mengendarai matic," ungkapnya.
Soehari menambahkan, pihak produsen kendaraan pasti sudah memberikan buku manual dan pengarahan secara langsung saat konsumen membeli mobil matic. Menurutnya, faktor ini yang seharusnya dicermati pemilik kendaraan yang menggunakan jasa supir. "Jangan segan-segan memberikan pengarahan kepada supir," tegasnya.
Sementara itu, Achmad Rizal, Head Marketing Communication Toyota Astra Motor menjelaskan, mobil-mobil matic yang dipasarkan di Indonesia, umumnya menggunakan standar safety yang sama. Kendaraan tidak akan bisa dinyalakan apabila posisi gear di ?P' atau ?N'. Itu pun saat menyalakan, pengemudi harus menginjak rem terlebih dahulu. Sama seperti menyalakan sepeda motor matic.
Hal yang sama juga berlaku saat pengemudi memarkir kendaraan. Kunci kontak tidak akan dapat dilepas dari kendaraan, apabila posisi tongkat perseneling tidak di ?P' (parkir). Ini untuk memastikan bahwa kendaraan benar-benar aman dan berhenti.
Untuk sebagian kendaraan yang menggunakan fitur parking sensor, pengemudi akan lebih terbantu. Sistem akan mengingatkan pengemudi saat jarak bodi belakang kendaraan dan benda dibelakangnya terlalu dekat. Parking sensor baru akan bekerja, saat posisi perseneling di ?R' (mundur).
Rizal menambahkan, tren mobil matic akan terus berkembang ke depan. Hal ini sejalan dengan keinginan pasar yang mendambakan mobil nyaman dan mudah dikendarai, terutama di lingkungan kota. Sebanyak 80 persen kendaraan Toyota yang terjual, merupakan jenis matic.
Toyota pertama kali melansir mobil matic di Indonesia sejak awal 80-an. Ketika itu dimulai dengan Corona sedan. "Dulu kita tidak pernah mendengar ada kecelakaan dengan mobil matic, baru akhir-akhir ini saja. Mungkin ini seiring dengan pertumbuhan penjualan mobil matic, namun tidak diimbangi dengan pemahaman pengguanaanya," ungkap Rizal.
Hal yang sama juga disampaikan Priyo Kurnianto, Head of Public Relation PT Indomobil Niaga International. Menurutnya product knowledge atau pemahaman pengemudi terhadap karakteristik mobil matic, menjadi kunci. Sejak konsumen membeli kendaraan, sales selalu memberikan pengarahan cara penggunaan mobil matic yang aman.
Saat ini, tambah Priyo, peminat mobil matic terus bertambah. Paling tidak 50 persen mobil Suzuki yang terjual, bertransmisi otomatis. Penambahan ini, jangan sampai diikuti dengan meningkatnya angka kecelakaan karena kurangnya pemahaman pengguna terhadap matic.
Marketing and After Sales Service Director Honda Prospect Motor, Jonfis Fandy mengatakan, pemahaman penggunaan mobil matic yang dilakukan saat pembelian kendaraan, belum cukup tanpa pembiasaan dari pengemudi. "Saya yakin selama ini produsen kendaraan selalu memberikan pengarahan. Namun pengarahan saja belum cukup tanpa pembiasaan," ujar Jonfis. Ia mencotohkan kasus terjun Honda Accord di Menara Jamsostek Jakarta beberapa waktu lalu.
Bahkan Honda Accord yang jatuh saat itu, sudah dilengkapi dengan fitur pengamanan yang mengharuskan pengemudi menekan tombol tertentu sehingga tongkat perseneling baru dapat pindah ke posisi ?R'. Ini berguna untuk mengingatkan bahwa kendaraan akan mundur dan pengendara mengambil ancang-ancang menyesuaikan dengan kondisi tempat parkir.
Jonfis menambahkan, walaupun terjadi dua kecelakaan gedung yang melibatkan mobil Honda matic, penjualan jenis kendaraan matic-nya tidak menurun. Di Jakarta saja, hampir 80 persen kendaraan Honda yang terjual merupakan jenis matic. "Lagi-lagi ini hanya masalah pembiasaan," tegasnya.
(ton)Kecelakaan mobil yang akhir-akhir ini terjadi di gedung bertingkat, seluruhnya merupakan mobil jenis transmisi otomatis. faktor ketidakbiasaan dan kurangnya pemahaman tentang karakter mobil matic menjadi alasan utama kecelakaan tersebut.
Faktor kelalaian pengemudi menjadi alasan yang lebih kuat dibalik serangkaian kecelakaan tersebut. Teknologi keamanan yang diaplikasikan kendaraan matic sebenarnya sudah terbilang cukup melindungi pemiliknya dari mulai menyalakan kendaraan hingga akan diparkir.
Memang faktor lain seperti keamanan gedung juga menjadi penyebab. Namun semua ini dapat diatasi, apabila pengemudi lebih memahami karakteristik mobil matic dan lebih berhati-hati saat memarkir kendaraannya.
Mobil matic, sebenarnya bukan barang baru di Indonesia. Sejak tahun 80-an, mobil matic sudah masuk Indonesia. Seiring perkembangan pasar, pengendaraan dengan transmisi otomatis, tidak hanya dominasi mobil-mobil mewah. Mobil kelas menengah (medium) dan low pun sudah banyak yang menggunakan matic.
Pengendaraan yang lebih sederhana dan tidak membuat pengemudinya lelah, menjadi alasan saat ini orang lebih memilih matic ketimbang manual. Apalagi di lingkungan kota besar yang lalu lintasnya kerap macet.
Menurut pengamat automotif nasional, Soehari Sargo, kecelakaan yang belakangan ini terjadi pada mobil matic lebih dikarenakan kurangnya faktor pemahaman dan kebiasaan seseorang menggunakan matic.
"Pengemudi cenderung menganggap remeh mobil matic, mungkin karena cara mengendarainya sangat sederhana. Padahal ada berbagai hal yang perlu diketahui dan dibiasakan pengemudi apabila mengendarai matic," ungkapnya.
Soehari menambahkan, pihak produsen kendaraan pasti sudah memberikan buku manual dan pengarahan secara langsung saat konsumen membeli mobil matic. Menurutnya, faktor ini yang seharusnya dicermati pemilik kendaraan yang menggunakan jasa supir. "Jangan segan-segan memberikan pengarahan kepada supir," tegasnya.
Sementara itu, Achmad Rizal, Head Marketing Communication Toyota Astra Motor menjelaskan, mobil-mobil matic yang dipasarkan di Indonesia, umumnya menggunakan standar safety yang sama. Kendaraan tidak akan bisa dinyalakan apabila posisi gear di ?P' atau ?N'. Itu pun saat menyalakan, pengemudi harus menginjak rem terlebih dahulu. Sama seperti menyalakan sepeda motor matic.
Hal yang sama juga berlaku saat pengemudi memarkir kendaraan. Kunci kontak tidak akan dapat dilepas dari kendaraan, apabila posisi tongkat perseneling tidak di ?P' (parkir). Ini untuk memastikan bahwa kendaraan benar-benar aman dan berhenti.
Untuk sebagian kendaraan yang menggunakan fitur parking sensor, pengemudi akan lebih terbantu. Sistem akan mengingatkan pengemudi saat jarak bodi belakang kendaraan dan benda dibelakangnya terlalu dekat. Parking sensor baru akan bekerja, saat posisi perseneling di ?R' (mundur).
Rizal menambahkan, tren mobil matic akan terus berkembang ke depan. Hal ini sejalan dengan keinginan pasar yang mendambakan mobil nyaman dan mudah dikendarai, terutama di lingkungan kota. Sebanyak 80 persen kendaraan Toyota yang terjual, merupakan jenis matic.
Toyota pertama kali melansir mobil matic di Indonesia sejak awal 80-an. Ketika itu dimulai dengan Corona sedan. "Dulu kita tidak pernah mendengar ada kecelakaan dengan mobil matic, baru akhir-akhir ini saja. Mungkin ini seiring dengan pertumbuhan penjualan mobil matic, namun tidak diimbangi dengan pemahaman pengguanaanya," ungkap Rizal.
Hal yang sama juga disampaikan Priyo Kurnianto, Head of Public Relation PT Indomobil Niaga International. Menurutnya product knowledge atau pemahaman pengemudi terhadap karakteristik mobil matic, menjadi kunci. Sejak konsumen membeli kendaraan, sales selalu memberikan pengarahan cara penggunaan mobil matic yang aman.
Saat ini, tambah Priyo, peminat mobil matic terus bertambah. Paling tidak 50 persen mobil Suzuki yang terjual, bertransmisi otomatis. Penambahan ini, jangan sampai diikuti dengan meningkatnya angka kecelakaan karena kurangnya pemahaman pengguna terhadap matic.
Marketing and After Sales Service Director Honda Prospect Motor, Jonfis Fandy mengatakan, pemahaman penggunaan mobil matic yang dilakukan saat pembelian kendaraan, belum cukup tanpa pembiasaan dari pengemudi. "Saya yakin selama ini produsen kendaraan selalu memberikan pengarahan. Namun pengarahan saja belum cukup tanpa pembiasaan," ujar Jonfis. Ia mencotohkan kasus terjun Honda Accord di Menara Jamsostek Jakarta beberapa waktu lalu.
Bahkan Honda Accord yang jatuh saat itu, sudah dilengkapi dengan fitur pengamanan yang mengharuskan pengemudi menekan tombol tertentu sehingga tongkat perseneling baru dapat pindah ke posisi ?R'. Ini berguna untuk mengingatkan bahwa kendaraan akan mundur dan pengendara mengambil ancang-ancang menyesuaikan dengan kondisi tempat parkir.
Jonfis menambahkan, walaupun terjadi dua kecelakaan gedung yang melibatkan mobil Honda matic, penjualan jenis kendaraan matic-nya tidak menurun. Di Jakarta saja, hampir 80 persen kendaraan Honda yang terjual merupakan jenis matic. "Lagi-lagi ini hanya masalah pembiasaan," tegasnya.
Dikutib dari : http://celebrity.okezone.com